PATI – Antisipasi kemacetan perlu dilakukan sedini mungkin. “Sebab Jembatan Juwana yang berada di Jalur Pantura merupakan jalur ekonomi utama.
Terlebih, proyek pembangunan jembatan ini bersamaan dengan pembangunan ruas jalan nasional antara Juwana sampai Batangan sepanjang kurang-lebih 1,3 kilometer.
“Kamis nanti diadakan simulasi, rekayasa (lalu-lintas) agar kita tahu titik kemacetan yang paling crowded itu dimana. Karena jembatan Juwana ini adalah jalur ekonomi, jalur pantura. Kemudian ada alternatif di sebelah selatan namun belum memadai karena tidak bisa dipakai dua lajur, kecuali mobil kecil baru bisa,” kata Bupati Pati Saat diwawancarai Awak Media, Selasa (19/4/22).
Sementara itu, Haryanto Menambahkan bahwa hasil kajian dari simulasi itu nantinya akan jadi pedoman untuk penerapan rekayasa lalu lintas selama dilakukannya perbaikan jembatan dalam kurun waktu delapan bulan.
“Ini juga untuk meminimalisir (risiko) rusaknya jalur alternatif. Karena nanti pasti ada jalur alternatif. Tadi sudah disampaikan, antara Jaken-Jakenan sampai Glonggong kan jalur alternatif. Namun itu hanya untuk mobil pribadi dan sepeda motor,”ungkap Haryanto.
Untuk upaya antisipasi ini bisa efektif mencegah kemacetan.”Yang jelas, waktu pembangunan sampai 8 bulan, karena jembatan itu dibongkar total, kemudian dibangun baru.
Harus ada simulasi dulu sebelum jembatan dibongkar, kita buat rekayasa (lalu lintas) sehingga kita tahu titik kemacetan.” Jangan sampai sudah dibongkar, macet total, jadi problem, baru ada penanganan dan kita antisipasi jangan sampai terjadi kemacetan,” imbuhnya.
Maka dengan hal ini, Fatoni selaku Koordinator Penggantian Jembatan CH Jateng berkata bahwa Jembatan CH di Pulau Jawa juga termasuk Jembatan Juwana, perlu diganti karena rata-rata usianya sudah 50 tahun.
“Secara konstruksi kekuatan sudah berkurang, sehingga dari Kementerian PUPR ada kebijakan penggantian dan takutnya nanti ujug-ujug (tiba-tiba) terjadi fail, kerusakan, ambruk seperti kemarin terjadi di Pekalongan,” jelas Fatoni .(@Gus)